Titulo

Nelayan Jateng Berkonflik di Mimika, Riyono Bantu Selesaikan Konflik


Ratusan nelayan asal Jawa Tengah menunggu dipulangkan. Mereka tak bisa melaut dan sudah tak punya bekal lagi setelah konflik dengan warga Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.

Salah satu nelayan asal Kabupaten Kendal yang dihubungi Suara Merdeka, Sudarman, menceritakan konflik bermula sekitar sebulan lalu. Saat itu semua peralatan melaut diambil warga setempat. Tak hanya itu, pakaian dan bekal pribadi yang disimpan di penginapan nelayan juga diambil warga.

"Ndak tahu, tiba-tiba saja kami dilarang melaut. Bisa jadi karena mereka cemburu dengan hasil tangkapan kami yang lebih banyak. Sementara tangkapan ikan mereka jauh lebih sedikit," kata nelayan asal Desa Gempol Sewu RT 3 RW 13 Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal ini, semalam.

Sudarman mengatakan, total nelayan dan anak buah kapal (ABK) asal Jawa berjumlah 400-an. Seratusan di antaranya dari Jawa Tengah. mereka bekerja pada pemilik kapal yang rata-rata berasal dari Makassar, Kalimantan, Buton, dan Sumatera.

Menurutnya, ratusan nelayan dan ABK asal Jawa Barat telah dipulangkan tiga hari lalu. Sebagian nelayan dan ABK dari Jawa Tengah yang masih memiliki bekal atau yang telah dikirimi uang keluarganya juga sudah pulang. Saat ini masih 100-an orang yang tinggal dan menunggu pemulangan. Mereka berasal dari Kendal, Pemalang, Batang, Pati, Demak, dan Kabupaten Tegal.

Sudarman yang mulai bekerja Desember 2016 mengaku sudah tidak punya bekal lagi. Uang simpanannya sudah habis untuk lebaran, dan waktu kembali bekerja seusai hari raya belum mendapatkan hasil.

Mendengar hal itu, anggota Komisi B DPRD Jateng Miftareza dan Riyono datang ke lokasi untuk melakukan mediasi. Miftareza yang berasal dari Fraksi Gerindra mengatakan, konflik terjadi karena ada provokator. Sebenarnya, nelayan setempat hanya menuntut Pemkab Mimika membantu pengadaan kapal dan alat tangkap.

"Karena ada yang memprovokasi, maka terjadilah penyerangan dan penjarahan terhadap kapal nelayan Jateng. Karena kerusuhan sempat meluas, aparat melakukan penembakan dan seorang warga setempat tewas," kata Miftareza.


Penyebab Konflik

Pada wartawan di Semarang, Miftareza menuturkan faktor utama penyebab konflik adalah kecemburuan sosial. Kapal dan alat tangkap yang digunakan nelayan dan ABK dari Jawa lebih modern sehingga hasil tangkapan lebih banyak. Ikan yang biasanya ditemukan jarak 12 mil di perairan Jawa maka bisa ditemukan di jarak 3 mil di perairan Mimika.

Dia berharap para nelayan segera dipulangkan. Selain itu, nelayan Jateng diharapkan tidak kembali dulu ke Mimika sebelum suasana kondusif. Dia juga mengapresiasi sikap Ketua Kerukunan Jawa Bersatu Kabupaten Mimika, Parjono, yang menampung ratusan nelayan seusai konflik.

"Saya berharap Pemprov Jateng melakukan komunikasi dan kerja sama kedinasan dengan pihak setempat untuk menjamin aktivitas nelayan Jateng di lokasi," desaknya.

Kepala Kesbangpol Kendal Ferinando Rad Bonay mengatakan, jumlah nelayan Kendal yang terlibat konflik terdapat 105 orang. Namun, mereka yang tidak menginginkan pulang sebanyak 78 orang. Selain itu, terdapat 22 nelayan yang juga ingin pulang.

Menurut rencana, nelayan Kendal akan diterbangkan pada minggu (20/8) menggunakan pesawat Hercules. Semua biaya untuk nelayan Kendal akan ditanggung Pemkab Kendal.




Sumber berita: Suara Merdeka Cetak 19 Agustus 2017

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.