Titulo

Potensi Udang Tambak di Pantura Jateng Kurang Dioptimalkan

Budidaya tambak di sepanjang pantai utara (pantura) Jawa Tengah belum dioptimalkan sebagai salah satu potensi unggulan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Sejauh ini, budidaya tambak ini masih dianggap kurang menguntungkan, akibat berbagai persoalan yang membelit para pelaku usaha ini. Padahal jika potensi ini dioptimalkan nilai ekonomisnya cukup menjanjikan. 

“Salah satu potensi yang kurang dioptimalkan adalah budidaya udang tambak,” ungkap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah, Riyono, di Semarang, Jumat (11/3).

Menurutnya, kawasan pantura Jawa Tengah sangat potensial untuk di jadikan bidang usaha pertambakan. Namun potensi ekosistem yang di budidaya terkadang tidak selalu menguntungkan.

Hal ini jamak menjadikan para petani tambak mengalami kerugian pada masa panen. Salah satu faktornya adalah keterbatasan petani tambak dalam hal manajemen pengelolaan tambak.

Di luar permasalahan ini, pemilihan objek yang akan di dibudidayakan juga –jamak-- berpengaruh terhadap nilai keuntungan. “Sehingga beberapa komoditas yang sebenarnya sangat potensial ditinggalkan,” kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Tengah ini.

Saat ini, masih jelas Riyono, komoditas tertinggi –di kawasan pantura Jawa Tengah--  masih di hasilkan dari produksi budidaya ikan bandeng, kepiting bakau serta budidaya rumput laut.

Salah satu komoditas yang potensial dan menguntungkan dengan ekosistem pantura salah satunya adalah udang tambak. Hanya saja pemahaman masyarakat tentang budidaya udang masih terbatas.

Karena sebagian besar dari mereka masih memiliki anggapan bahwa budidaya udang tambak masih sulit atau kurang menguntungkan. Padahal tidak demikian kondisi yang sesungguhnya.

Ia mencontohkan budidaya udang vaname. Saat ini ongkos produksi udang vaname size 50 mencapai Rp 30 ribu per kilogram. Sementara harga jual komoditas ini mencapai Rp 55 ribu per kilogram.

Maka keuntungan di level petani mampu mencapai Rp 20 ribu per kilogram. Belum kapasitas produksi per tambak bisa mencapai kisaran 4,5 ton. “Secara gampang, keuntungan yang bisa diraup petambak bisa mencapai Rp 90 juta dalam satu masa panen atau tiga bulan per tambak,” tegasnya.

Terkait kondisi ini, tegas Riyono, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah dan pemerintah daerah harus mewujudkan komitmen pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir.

Menurutnya, yang bisa dilakukan adalah membangun sentra petambak rakyat sebagai bagian dari pengembangan ekonomi maritime. Selain itu juga memberikan suntikan (bantuan) permodalan usaha bagi petambak- petambak kecil dan tradisional.

“Ke depan perlu ada dukungan kebijakan bagi petambak kecil dengan paying hokum yang jelas, seperti peraturan daerah (perda) setelah UU Perlindungan Nelayan dan Petambak Kecil di sahkan DPR tahun ini,” ungkapnya.
Sumber : republika.co.id

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.