Anggota Komisi B DPRD Jawa Tengah (Jateng), Riyono mengatakan, kebijakan impor bawang merah tersebut tidak selaras dengan program nawa cita pemerintah Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. “Alasan pemerintah untuk mengimpor bawang merah tidak relevan, sehingga kami menolak impor komoditas tersebut,” katanya di Semarang, Kamis (26/5/2016).
Menurut dia, pada Mei sampai akhir Juni 2016 pasokan bawang merah di dalam negeri berlebihan karena saat ini beberapa daeerah sentra bawang merah sedang panen raya. Riyono menilai alasan pemerintah impor bawang merah karena khawatir akan kekurangan stok komoditas tersebut sehingga menyebabkan harga melambung menjelang Ramadan mendatang terlalu berlebihan.
“Tidak perlu impor bawang merah karena pasokan berlebihan. Kalau impor dari luar negeri akan merugikan para petani bawang merah,” tandasnya.
Riyono mengungkapkan harga bawang merah kualitas bagus di tingkat petani antara Rp16.000/kg-Rp20.000/kg, sedangkan kualitas biasa Rp13.000/kg. “Keuntungan petani bawang merah tidak terlalu terlampau besar, karena ongkos tanamnya juga cukup tinggi,” tandasnya.
Dengan kondisi ini, sambung dia, bila pemerintah tetap mengimpor bawang merah, maka nasib petani di daerah akan semakin terpuruk karena harga bawang menjadi rendah. “Penyebab melonjaknya harga bawang merah di pasaran karena panjangnya rantai distribusi. Mestinya rantai distribusi ini yang harus dibenani pemerintah, bukan malah impor,” ujarnya.
Politikus PKS ini menambahkan Presiden Joko Widodo seharusnya konsisten dengan program nawa cita yang pro terhadap rakyat kecil, termasuk petani bawang merah. Penolakan impor bawang merah juga diungkapkan anggota FPPP DPRD Jateng Masruhan Samsurie, karena dinilai akan merugikan petani bawang merah di daerah.
”Menduga kebijakan impor bawang merah itu ada permainan dari pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan,” uangkap dia tanpa menyebutkan pihak tersebut.
Menurut dia, pada Mei sampai akhir Juni 2016 pasokan bawang merah di dalam negeri berlebihan karena saat ini beberapa daeerah sentra bawang merah sedang panen raya. Riyono menilai alasan pemerintah impor bawang merah karena khawatir akan kekurangan stok komoditas tersebut sehingga menyebabkan harga melambung menjelang Ramadan mendatang terlalu berlebihan.
“Tidak perlu impor bawang merah karena pasokan berlebihan. Kalau impor dari luar negeri akan merugikan para petani bawang merah,” tandasnya.
Riyono mengungkapkan harga bawang merah kualitas bagus di tingkat petani antara Rp16.000/kg-Rp20.000/kg, sedangkan kualitas biasa Rp13.000/kg. “Keuntungan petani bawang merah tidak terlalu terlampau besar, karena ongkos tanamnya juga cukup tinggi,” tandasnya.
Dengan kondisi ini, sambung dia, bila pemerintah tetap mengimpor bawang merah, maka nasib petani di daerah akan semakin terpuruk karena harga bawang menjadi rendah. “Penyebab melonjaknya harga bawang merah di pasaran karena panjangnya rantai distribusi. Mestinya rantai distribusi ini yang harus dibenani pemerintah, bukan malah impor,” ujarnya.
Politikus PKS ini menambahkan Presiden Joko Widodo seharusnya konsisten dengan program nawa cita yang pro terhadap rakyat kecil, termasuk petani bawang merah. Penolakan impor bawang merah juga diungkapkan anggota FPPP DPRD Jateng Masruhan Samsurie, karena dinilai akan merugikan petani bawang merah di daerah.
”Menduga kebijakan impor bawang merah itu ada permainan dari pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan,” uangkap dia tanpa menyebutkan pihak tersebut.
Sumber : m.semarangpos.com
Tidak ada komentar