Titulo

Permasalahan Gula Dan Cara Mengatasinya Menurut Riyono

Gula menjadi salah satu komoditi yang masih impor untuk memenuhi kebutuhan nasional.  Pemerintah harus menjamin rantai pasokan bahan baku tebu petani dan mempertahankan tingkat kapasitas produksi gula agar tetap optimal sehingga tingkat suplai gula di masyarakat tetap stabil dan kontinuitasnya juga terjaga.

Asisten deputi agrobisnis dan farmasi mengungkapkan 5 pabrik gula sudah tidak jalan karena kekurangan bahan baku tebu. Tebu rakyat semakin kecil dan kapasitas produksi tidak tercapai. Pada tahun 2015 di PTPN IX  dengan rincian lahan tahun 2014 luas 32.000 hektar menghasilkan 1,5 juta ton produksi  dan tahun 2015 hanya 22.000 ha menghasilkan 1.9 juta ton produksi. Rendemen tahun 2014 mencapai 6.09% dan tahun 2015 menjadi 6.94%. Produksi tebu/ha tahun 2014 yaitu 61 ton/ha sedangkan tahun 2015 naik jadi 62 ton/ha.

Tambahan modal 2015 ke PTPN IX tanggal 31 Desember 2015 adalah 1 trilyun untuk revitalisasi dan bangun 1 pabrik baru. Produksi gula putih nasional adalah 2.5 juta ton sedangkan produk swasta 1 juta dan BUMN adalah 1.5 juta. Sehingga kekurangan nasional menjadi 500.000 ton.

Kebutuhan nasional 3 juta ton lebih dari 90% bahan dari tebu rakyat. Sangat tergantung dengan rakyat. Jangan vepiring sekarang off dan BUMN memiliki saham 36% bagaimana nasibnya? Kewajiban jangka pendek yaitu 245 M.

"Jawa Timur memiliki 11 pabrik gula dengan rendemen 8.03 % bahkan ada yang 12%. Masalahnya ada di on farm dan off farm, 70% lahan Tegalan dipakai tebu dengan kekurangan air. Membantu petani mengelola lahan dengan mekanisasi mesin. PTPN 10 lebih maju dalam data dengan IT by name dan adress sang petani melalui dana PTPN", ungkap Riyono

Menurut Riyono selanjutnya, penambahan modal negara sesuai tujuan 222 M untuk peningkatan kapasitas produksi di Mojo. 225 M untuk pabrik gula Rendeng dari 2500 ke 4500 tcd. 550 M sedang dialihkan ke pabrik gula Sragi Pekalongan. Bangun pabrik gula baru butuh sekitar 1 sd 1.7 trilyun. Pemerintah akan bantu dalam bentuk Kartu Tani khusus petani tebu untuk kepentingan bantuan seperti KUR dll. Dan bulan Mei akan di launching.

Soal peraturan rendemen nasional? Harus didalami kajiannya karena kerugian akan ditanggung pabrik gula atau siapa?
PTPN X juga keluhkan bibit. Bibit sudah buruk dan terus menurun, ini perlu riset serius. Bibit Brasil memperoleh rendemen 12%. Gula merupakan produk sampingan, fokus ke bioetanol. Karena Raw sugar di impor ke Indonesia dan diolah lagi menjadi gula.

PTPN IX saham 36% pada tahun 2004 mau dikehidupkan dengan multi manis, PTPN tanah dan bangunan. Kamajaya menyetor uang untuk alat rafinasi. Ibrahim risyad pemilik baru, tahun 2011 ganti triple mmm. PTPN IX tidak memahami kondisi internal. Ketidakharmonisan, tahun 2014 menyetop raw sugar. Selama ini IGN memang tidak siapkan diri ke gula.

 PTPN IX kalah suara pada tahun 2014 dan tahun 2015 merugi 250 M dan hutang 1.3 Trilyun. Pada tahun 2015 sesuai aturan sudah harus ditanggung kerugian 70 M. Permasalahan pada musim giling 2017 akan dipasang alat pengontrol rendemen. Masalah lainnya yaitu bibit belum ada riset dari PTPN dan BUMN.

Berdasarkan data areal sebenarnya 39.000 bukan hanya tebu saja. Tetapi di gunakan untuk mendukung produksi tebu.

"Berdasarkan data areal sebenarnya 39.000 bukan hanya tebu saja. 169 tenaga lapang khusus untuk tebu. Data dari pabrik gula, tebu yang lari dari Jateng, tebu yang tidak diolah kristal putih", kata bu Yuni. 

Menurut bu Yuni, PMN masuk 1 Trilyun angin segar buat petani. Pabrik gula diurus sejak dari benih, APBN mengatur benih tebu. Surat edaran gubenur untuk mendorong petani tebu.
"Luas lahan masih kurang, ada 29.000 ha lahan perhutani. Pupuk sulit sediakan pupuk non subsidi buat petani oleh BUMN. Kartu tani tebu yang dibuat akan membantu petani memperoleh subsidi", Tambah bu Peni.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.