"Indonesia adalah negara agraris dan maritim. Ketika potensi dua sektor itu bisa dimaksimalkan, maka Indonesia pasti akan maju."
Itulah keyakinan Riyono, seorang anak desa yang saat ini menjabat Ketua I DPP Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI). Pria kelahiran Desa Jambangan, Kawedanan, Magetan, 38 tahun silam itu memang sangat konsen dengan kehidupan para petani dan nelayan.
Kiprah dan pembelaan Riyono terhadap nasib petani dan nelayan tidak perlu diragukan lagi. hal itu dibuktikan dengan aktivitas-aktivitasnya, baik di tingkat nasional maupun internasional, untuk memberikan advokasi permasalahan-permasalahan petani dan nelayan.
Di tingkat nasional, selain menahkodai PPNSI, Riyono tercatat sebagai Ketua Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) Jawa Tengah. Sedangkan pengalaman internasionalnya, antara lain pernah menjadi utusan Indonesia dalam ajang kursus perikanan dan kelautan ASEAN di Bohol, Filipina, 2000 silam. Dia juga sempat melakukan pendampingan dan advokasi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Singapura pada 2014. Hal serupa dilakukan terhadap TKI korban pemutusan hubungan kerja (PHK) kasus crane di Arab Saudi tahun lalu.
"Sungguh ironis, Indonesia yang merupakan negara agraris dengan lahan pertanian sangat besar, tapi untuk makan nasi saja masih impor. Lebih ironis lagi, meski memiliki garis pantai terpanjang di dunia, kita juga belummampu mengoptimalkan potensi maritim yang ada dengan maksimal," ujar Riyono.
Dia meyakini, jika mampu mengoptimalkan potensi sektor pertanian dan kelautan, Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan makmur.
"Dari keterlibatan mendampingi petani dan nelayan, saya semakin tahu bagaimana susahnya mereka. Padahal, SDA (sumber daya alam, red.) kita sangat besar," jelas pria yang kerap diundang menjadi narasumber acara berbagai stasiun televisi ini.
Di dunia bisnis pun, aktivitas Riyono tidak jauh dari sektor pertanian dan maritim. Dia merupakan owner PT Mahesa Agri Nusantara yang bergerak di bidang pertanian. Riyono juga pernah menjadi konsultan peningkatan kualitas usaha agribisnis ponpes nasional 2010, konsultan pemberdayaan nelayan 2016, dan masih banyak lagi.
Tidak ada komentar